Anda mesti ingat bahwa desainer iklan itu bukan seniman, mesti didalamnya ada unsur seninya agar lebih menarik. Tapi Anda berbeda dengan mereka para seniman. Ini harus diingat terus karena banyak yang melupakan catatan penting ini.

Suatu waktu dalam perkuliahn mata kuliah Advertising, dosen saya bercerita tentang pengalaman pribadinya ketika melamar pekerjaan di sebuah perusahaan periklanan. Dosen yang merupakn adik kandung vokalis Group Band Kuburan ini mengatakan waktu itu dirinya tidak percaya diri, karena baru lulus kuliah sementara pesaingnya adalah mereka yang jago - jago soal dunia periklanan.

Tapi pada akhirnya dosen saya ini justru yang diterima oleh perusahaan periklanan tersebut. Dosenku ini mengatakan mengapa ia terima padahal baru lulus dan minim pengalaman sementara pesaingnya adalah orang yang berpengalaman? 

Menurut dosenku ini dirinya teringat nasehat dosennya yang mengatakan bahwa prinsip membuat iklan itu sebenarnya ada dua, pertama ada headline atau pesan utama yang ingin disampaikan kepada calon customer dan kedua sub headline, yaitu konten yang menjelaskan headline iklan atau pesan utama iklan.

Struktur kontennya adlaah headline atau pesan utama harus lebih mencolok sedangkan sub headline lebih kecil karena menjelaskan secara singkat tapi padat tentang pesan utama dalam iklan tersebut. 

Jadi kalau saya simpulkan, membuat atau mendesain iklan sama dengan membuat berita, ada headline, cover both side atau keseimbangan dan ada subheadline yang menjelaskan pesan utamanya.

Apa yang disampaikan Bu Dosen ini selalu saya ingat ketika membuat iklan baik dalam bentuk banner, pamflet, leaflet dan komunikasi visual lainnya, seperti video.

 Terkadang para desainer atau pembuat iklan lupa bahwa mereka bukanlah seniman meskipun dalam mendesain iklan baik video maupun media lainnya ada unsur seninya.

Tetapi harus diingat bahwa desainer iklan itu bukanlah seniman karena harus membuat pesan yang jelas kepada calon costomer atau publik. Berbeda dengan seniman, dimana terkadang makna atau pesan utamanya disamarkan.

"Membuat desain iklan bagus atau nyeni its oke, tapi ingat headlinenya harus jelas, subheadlinenya juga mesti tersambung dengan dengan pesan utama," kata Ibu dosenku ini. 

Petuah Bu Dosen ini selalu saya ingat sampai sekarang karena dalam perjalanan memang saya menemukan iklan yang super bagus tapi pesan utamanya tidak terbaca secara jelas.

Mungkin ini yang dimaksud Bu Dosen bahwa desainer iklan bukanlah seniman, meski di dalamnya ada unsur seni agar lebih menarik. 

Dari sini saya sadar bahwa memang teori itu penting, penting banget supaya kita tahu benar filosofi dasar apa yang kita lakukan.

Nah mungkin pembaca website ini pernah punya pengalaman atau sekadar ingin "curhat" tentang desain iklan sendiri atau menemukan kasus yang pernah saya temukan bisa kita diskusikan bersama.

Saya belajar mata kuliah periklanan kalau tidak salah 4 semester dan disana saya mendapatkan teori tentang apa itu advertising, mulai dari fungsinya, cara memadukan warna, psikologi warna, konten iklan, media iklan dan lain sebagainya.

Dari studi ini saya menjadi tahu bahwa target iklan secara fungsi itu juga ada clasternya, ada iklan yang bertujuan introduction atau pengenalan, persuaif atau ajakan dan iklan reminder atau mengingatkan. 

Dosen saya pun memberikan sejumlah contoh produk yang masuk ketiga kategori tersebut.

Jadi lumayanlah dapat teori yang bermanfaat lebih dalam ketimbang hanya ikut pelatihan yang cuma kulitnya. Dan apa yang saya pernah dapatkan benar - benar bermanfaat untuk pekerjaan sekarang ini, yaitu membantu sejumlah orang untuk kepentingan personal branding. **