Ketika Unilever dan Pasar Muslim Bersitegang




Selera pasar memang selalu berubah pada waktu tertentu karena beberapa faktor. Jadi kalau ada sentimen pasar terhadap produk tertentu wajar.
~ Karnoto ~


Hari - hari ini sentimen negatif pasar Muslim terhadap produk Unilever kembali ramai. Sebagian besar pasar Muslim memilih untuk migrasi produk, tetapi sebagiannya lagi cuek bahkan ada pula yang justru sentimen terhadap pasar Muslim yang memberikan "punishment" sosial kepada Unilever. Saya tidak akan membahas penyebabnya apa, karena itu sudah menjadi rahasia umum.

Jujur saya sendiri tidak kaget dengan fenomena sentimen negatif pasar Muslim terhadap Unilever. Tujuh tahun lalu persoalan seperti ini sudah diriset oleh seorang penulis dalam bukunya Marketing of The Middle Class Muslim yaitu Yuswohady.

Kutipan Yuswohady sering saya ulas karena memang apa yang ia riset beberapa tahun lalu itu terbukti sekarang. Meskipun dalam risetnya tidak menyebutkan nama produk, tetapi secara substansi risetnya bisa saya pahami.

Melihat fenomena sentimen negatif pasar Muslim terhadap Unilever bisa kita lihat dari Perspektif Pasar. Jadi gini,seperti yang sebutkan di atas bahwa selera pasar setiap waktu berubah - ubah.

Itulah mengapa sejumlah produk berupaya mengikuti selera pasar tersebut dengan berbagai strategi, mulai dari strategi komunikasi pemasaran, strategi iklan, strategi produk dan strategi produk itu sendiri.

Ada yang bertahan dengan brand produknya dan merubah strategi komunikasinya saja, ada pula sebagian produk yang langsung tancap gas melakukan Re-Branding produk. Kalau kita bicara selera pasar maka kita akan bicara psikografis pasar.

Sebab perubahan selera pasar paling banyak dipengaruhi oleh psikografis pasar itu sendiri, mulai dari perubahan gaya hidup, perubahan teknologi dan lain sebagianya yang bersifat psikis. 
Pasar Muslim yang sentimen negatif terhadap Unilever bukan tidak percaya kualitas produk mereka, saya jamin Pasar Muslim mengakui bahwa produk Unilever secara kualitas baik.

Persoalannya bukan pada kualitas produk, tetapi ada aspek psikologis yang bergeser pada pasar Muslim, khususnya kelas menengah Muslim. 

Mengacu pada hasil riset Yuswohady bahwa Muslim Indonesia itu akan meningkat kesadaran spiritualnya ketika mulai mencapai tingkat kesejahteraan.

Artinya, ada kesadaran berIslam yang naik pada kelas menengah Muslim.Itu artinya, mereka mulai memiliki semangat berIslam yang tinggi dalam berbagai sektor termasuk sektor ekonomi. 

Maka jangan heran kalau kemudian sekarang muncul pengusaha - pengusaha Muslim dan tampil dengan identitasnya sebagai seorang Muslim.

Fenomena ini berbeda dengan  era 70, 80 hingga 90 an. Dan sebenarnya bukan hanya produk komersial atau Unilever semata yang akan menerima efek dari fenomena ini. Ini terjadi pada semua jenis produk, mulai dari produk jasa, lembaga sosial, politik termasuk personality. 

Itulah mengapa saya katakan fenomena ini wajar karena memang ada perubahan psikografis konsumen Muslim.

Dan bukan saja produk yang notebene dikuasai non Muslim, produk yang dimiliki seorang Muslim sekalipun akan diberi "hukuman" oleh klaster pasar ini ketika dianggap tidak ramah terhadap mereka, terutama terkait isu - isu keagamaan.

Bagi perusahaan - perusahaan yang memiliki para marketter cerdas pasti sudah bisa mengantisipasi fenomena ini. 

Dan kalau saya melihat dari beberapa produk yang dikeluarkan Unilever pun sebenarnya sudah antisipasi fenomena ini.

Beberapa diantaranya memunculkan varian produk dengan identitas pasar Muslim, seperti Shampo Sunsilk. Produk ini mengeluarkan shampo khusus wanita berhijab. Dan komunikasi pemasarannya pun membawa identitas Muslim, seperti event Sunsilk Hijab Hunt.

Pada acara itu jelas Unilever membawa identitas Muslim, mulai dari nama produknya yaitu Sunsilk Hijab hingga komunikasi pemasaranya pun membawa identitas Muslim. Toh, Unilever tetap mendapatkan "hukuman"sosial dari sebagian pasar Muslim.

Fenomena perubahan Psikografis pasar Muslim seperti ini harus menjadi pelajaran bagi para pelaku usaha, karena biarpun produk Anda halal tetapi dianggap tidak ramah terhadap mereka maka akan tetap mendapatkan "hukuman" dari klaster ini.